
14 Sep BI DIY Dorong UMKM Adaptasi Teknologi Digital
Bank Indonesia (BI) menyebut digitalisasi adalah kunci untuk meningkatkan daya saing pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari kebangkrutan. Pemulihan daya saing UMKM tersebut harus mengadopsi teknologi dengan cepat. Adaptasi digitalisasi menjadi salah satu kunci untuk mendorong UMKM agar naik kelas
Kepala Perwakilan BI DIY Hilman Tisnawan menyampaikan deglobalisasi dan digitalisasi menjadi disrupsi ekonomi global, yang diperparah dengan pandemi Covid-19. Pandemi menyebabkan ekonomi mengalami resesi dan perlahan mengalami rebound pada 2021. Namun recovery diperkirakan tidak akan merata dan berpotensi membentuk K-Shaped.
“Industri yang memanfaatkan teknologi digitalisasi akan lebih cepat pulih. Sementara industri kecil masih mengalami tekanan. Oleh karena itu penerapan digitalisasi secara merata menjadi penting. Jika tidak beradaptasi memanfaatkan teknologi digital maka UMKM akan mati,” ujarnya di Yogyakarta, Senin (13/9).
Hilman menyatakan strategi pengembangan UMKM yang dilakukan BI yaitu korporatisasi UMKM berbasis klaster, penguatan kapasitas produksI dan usaha, Sumber Daya Manusia (SDM) serta kapasitas pasar, penguatan akses pembiayaan hingga implementasi digitalisasi. Strategi pengembangan UMKM tersebut ditindaklanjuti BI DIY dengan mengembangkan Smart Digital Market atau Semar dan Grebegumkmdiy.co.id
“Kami menerapkan strategi pengembangan UMKM di DIY melalui program Semar berupa digitalisasi pasar tradisional untuk perluasan pasar. Selain itu, kami mengembangkan website Grebegumkmdiy.co.id sebagai showcase produk UMKM DIY premium siap ekspor,” tandasnya.
Menurut Hilman, digitalisasi mengubah persaingan usaha dimana kecepatan adaptasi UMKM terhadap digitalisasi berbeda-beda. Semakin kecil UMKM, maka adaptasi digitalisasi semakin rendah sehingga perlu upaya agar tidak ada yang tertinggal dalam era digitalisasi.
Hasil Sensus Ekonomi (SE) 2016, setidaknya 98,4 persen usaha di DIY adalah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menyerap 79,0 persen dari tenaga kerja DIY. ” Karakteristik perekonomian DIY ditopang sektor UMK yang mencapai 98,4 persen dari populasi perusahaan di DIY. Tenaga kerja UMK di DIY mengalami peningkatan signifikan dalam 10 tahun ini serta menyerap 79 persen atau 1.044.498 orang dari keseluruhan jumlah tenaga kerja sebesar 1.322.542 orang,” imbuhnya.
Sementara itu, Hilman mengatakan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran masih mendominasi usaha di DIY sebesar 35,3 persen. Disusul lapangan usaha industri pengolahan 27,4 persen serta lapangan usaha sektor hotel dan restoran 17,4 persen. Tren penjualan secara daring terus meningkat.
“Hal ini membuka peluang UMKM DIY memperluas jangkauan pasar. Namun apabila kalah bersaing, DIY berisiko mengalami lonjakan impor dari daerah maupun negara lain alias serbuan impor,” pungkasnya.